Redaksi | Pedoman Media Siber | Disclamair | Kontak
SLB Sekar Meranti
Miris Lihat Kondisi SLB Sekar Meranti, Kak Seto Akan Lapor ke Presiden

edi muslim
Jumat, 15 Sep 2017 | dilihat: 965 kali
Foto:

kak-seto-warga-berkebutuhan-khusus-di-desa-anak-setatah

foto tribunpekanbaru



SELATPANJANG, - Kagum dengan kisah dan perjuangan atas berdirinya Sekolah Luar Biasa (SLB) Sekar Meranti, Desa Anak Setatah, Kecamatan Rangsang Barat, Kepulauan Meranti. Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Indonesia, Seto Mulyadi atau lebih dikenal dengan sapaan Kak Seto rela bolak balik naik kapal untuk dapat tiba di sekolah anak disabilitas tersebut.
 
Kedatangannya disambut antusias  para siswa, yang merupakan anak-anak berkebutuhan khusus, meski cuaca tak bersahabat.
 
Kak Seto tiba di Sekolah Luar Biasa (SLB) Sekar Meranti, Desa Anak Setatah, Kecamatan Rangsang Barat, Kepulauan Meranti, pada pukul 15.00 WIB, tepat sesuai jadwal. Ia datang bersama Ketua LPAI Provinsi Riau Esther Yuliani dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Rosti Uli Purba.
 
Juga tampak anggota DPRD Provinsi Riau dan perwakilan dari Dinas Pendidikan Provinsi Riau dan Dinas Sosial Kabupaten Kepulauan Meranti.
 
Acara yang digelar di halaman sekolah papan sederhana itu tidak hanya dihadiri oleh murid-murid SLB Sekar Meranti. Juga hadir anak-anak berkebutuhan khusus yang ada di Kecamatan Rangsang Barat. Mereka sudah menunggu kedatangan Kak Seto sejak pukul 12.00 WIB.
 
"Para siswa dan anak-anak berkebutuhan khusus lainnya itu ingin bertemu Kak Seto," ujar Syafrizal, Kepala SLB Sekar Meranti.
 
Kendati di bawah sambaran petir, kilat disertai gemuruh dan hujan, mereka antusias mengikuti rangkaian acara, seperti dongeng kancil yang dibawakan oleh staf LPAI. Juga ada penampilan warga berkebutuhan khusus menyanyikan sebuah lagu Melayu tentang perjuangan orangtua untuk anak-anaknya, yang membuat para tamu terharu.
 
Kak Seto mengungkapkan, ia dan rombongan datang berkunjung setelah mendengar kisah Kepala SLB Sekar MerantiSyafrizal memperjuangkan anak-anak berkebutuhan khusus di desanya untuk mendapatkan pendidikan.
 
"Dengan keterbatasannya, Pak Syafrizal mencoba memenuhi kebutuhan anak-anak ini dengan maksimal," ujar Kak Seto.
 
Setelah saya masuk ke ruangan sekolah, miris saya, ruangan sekecil itu sebenarnya tidak layak untuk anak-anak," ujarnya.
 
Setelah melihat langsung kondisi SLB Sekar Meranti, ia berencana akan melaporkannya ke Presiden Joko Widodo dan kementerian terkait.
 
"Sepulang dari sini, saya akan laporkan ke presiden dan kementerian terkait perihal kondisi pendidikan anak berkebutuhan khusus di sini," ujar Kak Seto.


 
Menurut dia, pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus di Kepulauan Meranti perlu perhatian serius dari pemerintah. Terlebih, jumlah SLB di Kepulauan Meranti tidak sebanding dengan jumlah anak-anak berkebutuhan khusus di kabupaten termuda di Provinsi Riau tersebut.
 
Dalam kunjungannya Kak Seto juga menyempatkan diri menaiki gerobak yang sehari hari digunakan Syafrizal untuk menjemput siswanya.
 
Syafrizal dan kakaknya, Rudi Hartono, mendirikan SLB Sekar Meranti sejak 2014 lalu. Hal itu berangkat dari keprihatinan Rudi terhadap banyaknya anak-anak berkebutuhan khusus yang tidak diperlakukan selayaknya, termasuk oleh keluarga sendiri.
 
Luar biasanya, selain gratis, Syafrizal sebagai kepala sekolah rela antar jemput murid-muridnya dengan gerobak yang ditarik sepeda motor. Untuk menjemput ataupun mengantar para muridnya, Syafrizal harus menempuh jarak hingga 8 kilometer dengan waktu sekitar 1 jam.
 
Syafrizal mengatakan, ia melakukan itu asal murid-muridnya mau bersekolah.
 
"Jika tidak dijemput, anak-anak tidak ada yang datang ke sekolah. Saya harus jemput mereka satu per satu agar mereka tetap sekolah," ujar Syafrizal.
 
"Orangtua murid banyak yang tidak sempat mengantar dan menjemput anak-anaknya karena dari pagi hingga sore mereka di ladang dan ada yang menangkap ikan di laut. Sementara anak murid saya menyandang disabilitas," ujarnya lagi.
 
Ia mengaku tidak mengutip uang sepeserpun kepada orangtua murid atas jasanya mengantar dan menjemput anak-anak mereka sekolah.
 
Padahal, setiap hari ia harus merogoh kocek untuk membeli bensin sepeda motornya. Sementara gajinya sebagai kepala sekolah sekaligus ketua yayasan hanya Rp 97 ribu per bulan.
 
"Bagi saya, yang terpenting mereka bisa sekolah," kata Syafrizal, yang sebelumnya bekerja sebagai pengepul pinang dan getah karet.
 
Sebelumnya Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman bahkan telah mengundang Syafrizal makan siang di kediamannya dan menginstruksikan Dinas Pendidikan Provinsi Riau untuk membantu SLB Sekar Meranti.
 
Simpati dan bantuan dari berbagai pihak juga mulai mengalir ke SLB Sekar Meranti.
 
Saat ini SLB Sekar Meranti mendidik 31 anak berkebutuhan khusus seperti autis, tunarungu, tunanetra dan tunagrahita, mulai dari jenjang TK, SD, SMP hingga SMA. ***



Rekomendasi untuk Anda


Connect With Us





Copyright © PT. Tuah Melayu Pers
All right reserved