amanatrakyat.com -Datuk kami kembali diperlakukan tak seeloknya di tanah seberang. Ustadz Abdul Somad (UAS) Datuk Seri Ulama Setia Negara ditolak isi kuliah umum oleh pimpinan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Setelah dalam sebuah pertemuan, Rektorat berkilah ada tekanan dari luar. Dari alumni tepatnya.
Pihak takmir masjid menolak ikuti kemauan Rektorat. Sebab kajian bersifat akademik. Tema "Islam dan Iptek: Pondasi Kemajuan Indonesia. Namun pimpinan kampus terus menekan.
Belakangan Humas UGM memberikan keterangan. Meski tak detail: penyelarasan kegiatan akademik dan nonakademik dengan jati diri UGM. Itu alasan normatifnya.
Jika benar penolakan itu karena tekanan alumni, berarti alumni kampus yang punya kuasa buat Rektor tak berdaya. Bisa-bisa anggaran tuk kampus tertahan.
Baca juga: | |
Guru PNS Dilarang PLt Kadis Diknas | |
Satlantas Polres Kampar Gelar Razia | |
ASN Dilarang Cuti dan Mudik Nataru |
Jika dengan alasan penyelarasan kegiatan akademik dan nonakademik tadi, maka dengan sendirinya UGM ingin mengatakan: kuliah umum yang akan di isi UAS di Masjid kampus itu tidak selaras dengan kegiatan akademik. Kan seperti itu sederhana menyebutnya.
Alasan jati diri UGM? Apa mengundang anak SMA plagiator yang tak lulus psikologi SBMPTN UGM sebagai pembicara Pekan Pancasila, lengkap dengan puja-pujinya, itu jati diri UGM?
Kalau mau dilihat sedikit kebelakang, memang ada yang bermasalah dari urat berpikir pimpinan-pimpinan kampus yang merasa terhormat satu itu beberapa tahun ini.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPR RI yang diundang Masjid kampus mengisi ceramah dipaksa Rektorat untuk dibatalkan.
Padahal ceritanya, ini kampus dulunya gemar menampilkan pemikiran hingga perdebatan dari ideologi paling kiri hingga paling kanan.
Memberi panggung Ja'far Umar Tholib dan Ulil Absar Abdalah saling berdebat. Komunitas mahasiswa lengkap dengan pemikiran dosen dari berbagai aliran ada disitu.
Jika sebagian orang terheran-heran dengan perubahan sikap pimpinan UGM itu, kami sesungguhnya tidak.
Sebab beberapa waktu yang lalu, seorang Rektor universitas negeri memperlihatkan pada kami gambar hasil penelitian dari lembaga negara tentang: pemikiran dan pergerakan mereka yang dituding tak sejalan dengan maunya penguasa.
Dan kami meyakini, pimpinan UGM pun mendapat proposal hasil penelitian yang katanya ilmiah itu. Depak maunya sang tuan.
Ini mungkin yang disebut fenomena: pada diri mereka yang mengumbar nilai kebebasan, bisa jadi bersarang pada dirinya sikap konservatif. (Editorial/Red)
Komjak Ingatkan Jaksa Untuk Patuhi Pasal 143 Kuhap. Terdakwa Berhak terima Surat Dakwaan | |
Kejaksaan Agung Apresiasi Putusan PN Jakarta Selatan Atas Gugatan Praperadilan Tersangka BS | |
Kejaksaan Tinggi Maluku Mengadakan Pra Musrembang Nasional Tahun 2024 | |
Benchmarking ke Supreme Prosecution Office Korea Selatan, Kejagung RI Perkuat Manajemen Talenta Jaksa | |
Pentingnya Reformasi Kepegawaian Jaksa untuk Penegakan Hukum yang Lebih Baik Pelajaran dari Korea Selatan | |
JAM-Pidum Menyetujui 10 Pengajuan Penghentian Penuntutan Berdasarkan Restorative Justice | |
Penitipan Aset Hasil Sita Eksekusi Milik Terpidana HERU HIDAYAT Berupa di Kabupaten Belitung | |
Tim Satgas SIRI Berhasil Mengamankan Buronan (DPO) Atas Nama Terpidana HENDRY KUMULIA | |
Kolaborasi Baznas Provinsi Riau dan Mitratel Gelar Buka Bersama dan Salurkan 1.445 Paket Kebaikan | |
Usut Dugaan Korupsi di UIN Suska, Kejati Riau Periksa Beberapa PPK | |